Pandangan Orang Tua: Seni dalam Pembelajaran sebagai Pilar Tumbuh Kembang Anak. Sebagai orang tua, saya menyambut baik gagasan mengaktualkan seni dalam pembelajaran di kelas. Di tengah tantangan pendidikan masa kini yang semakin kompleks, pendekatan berbasis seni menawarkan harapan baru dalam membentuk anak-anak yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kaya akan empati, kreativitas, dan karakter. Seni bukan sekadar hiburan atau pelengkap, melainkan fondasi penting dalam proses tumbuh kembang anak—baik secara intelektual, emosional, maupun sosial.
1. Membantu Anak Mengekspresikan Diri dan Mengelola Emosi
Di rumah, saya sering melihat anak saya kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Namun, ketika ia menggambar, bernyanyi, atau membuat kerajinan tangan, saya bisa melihat dunia batinnya yang kaya. Seni menjadi jendela ekspresi yang aman dan sehat bagi anak-anak. Jika pendekatan ini diaktualkan di kelas, maka sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang terapi dan refleksi.
Dalam pembelajaran sehari-hari, seni dapat membantu anak mengelola stres, memahami emosi, dan membangun kepercayaan diri. Anak-anak yang terbiasa mengekspresikan diri melalui seni cenderung lebih terbuka, komunikatif, dan memiliki kontrol diri yang lebih baik.
2. Menumbuhkan Kegembiraan dan Motivasi Belajar
Sebagai orang tua, saya sangat peduli dengan suasana hati anak saat belajar. Ketika pembelajaran terasa monoton dan penuh tekanan, anak menjadi mudah bosan dan enggan belajar. Namun, ketika guru menghadirkan seni dalam pembelajaran—misalnya melalui lagu, gambar, permainan peran, atau proyek kreatif—anak saya pulang dengan wajah ceria dan penuh cerita.
Seni menghadirkan elemen kegembiraan yang sangat penting dalam proses belajar. Anak-anak belajar lebih baik ketika mereka merasa senang, dihargai, dan terlibat secara aktif. Dengan mengaktualkan seni, guru menciptakan suasana kelas yang ramah, menyenangkan, dan penuh semangat.
3. Membentuk Karakter dan Nilai Kehidupan
Saya percaya bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai rapor, tetapi juga tentang membentuk manusia yang berakhlak dan berdaya. Seni memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti kerja sama, ketekunan, toleransi, dan tanggung jawab. Ketika anak terlibat dalam proyek seni kelompok, ia belajar menghargai pendapat orang lain, menyelesaikan konflik, dan bekerja menuju tujuan bersama.
Di rumah, saya melihat dampak positif ini. Anak saya menjadi lebih sabar, lebih menghargai proses, dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Seni mengajarkan bahwa keindahan lahir dari ketekunan dan kolaborasi—nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Menyambungkan Pembelajaran dengan Dunia Nyata
Sebagai orang tua, saya ingin anak saya belajar hal-hal yang relevan dengan kehidupan nyata. Pendekatan seni dalam pembelajaran memungkinkan anak untuk menghubungkan teori dengan praktik, konsep dengan pengalaman. Misalnya, pelajaran tentang lingkungan hidup bisa dikaitkan dengan proyek mural bertema pelestarian alam. Pelajaran sejarah bisa dihidupkan melalui drama atau film pendek.
Dengan cara ini, anak tidak hanya menghafal, tetapi memahami dan merasakan. Ia belajar berpikir kritis, berempati, dan berkontribusi. Ini sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga peduli dan bertanggung jawab.
5. Mendorong Potensi dan Minat Anak
Setiap anak memiliki bakat dan minat yang unik. Sayangnya, sistem pendidikan yang terlalu menekankan pada akademik sering kali mengabaikan potensi seni anak. Dengan mengaktualkan seni dalam pembelajaran, guru memberi ruang bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan visual, musikal, atau kinestetik untuk berkembang.
Sebagai orang tua, saya merasa lega ketika sekolah menghargai keberagaman potensi anak. Anak saya yang gemar menggambar dan membuat video kini merasa lebih percaya diri karena bakatnya diakui dan dikembangkan. Ini membuktikan bahwa seni bukan hanya pelengkap, tetapi jalan utama menuju pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Penutup
Sebagai orang tua, saya sangat mendukung upaya mengaktualkan seni dalam pembelajaran di kelas. Ini bukan sekadar inovasi, tetapi kebutuhan mendesak dalam membangun pendidikan yang humanis, relevan, dan bermakna. Seni menjadikan pembelajaran sebagai pengalaman hidup yang utuh—di mana anak-anak belajar menjadi manusia seutuhnya: berpikir, merasa, mencipta, dan berkontribusi.
Saya berharap sekolah-sekolah di Indonesia semakin terbuka terhadap pendekatan ini, dan para guru diberi ruang serta dukungan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis seni. Karena pada akhirnya, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membahagiakan, membebaskan, dan membentuk karakter anak-anak kita.
Berikut Kumpulan Perangkat Deep Learning Seni Budaya Kelas 3 Lengkap dapat dilihat pada daftar informasi dibawah ini:
[3] ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)
[4] PROSEM
[5] PROTA
[6] KKTP
[7] MODUL AJAR
[10] DAFTAR NILAI
[11] KALENDER PENDIDIKAN
[12] JURNAL MENGAJAR
[13] BUKU
[13] DAFTAR HADIR
[14] KALENDER PENDIDIKAN
[15] PPT TEMPLATE
[16] COVER HALAMAN
[17] ANALISIS PENILAIAN
[18] DATA NILAI