Tanggal 15 Juli 2025 adalah hari yang dinanti-nanti oleh Aruna, seorang anak kelas 1 SD yang baru saja menginjak usia tujuh tahun. Ia terbangun lebih awal dari biasanya, bahkan sebelum alarm ayam jago digital berbunyi. Di luar, langit Padang masih kelabu, tapi semangat Aruna bersinar seperti mentari yang belum muncul.
Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah sesuai kalender akademik baru. Ibu sudah menyiapkan seragam putih-merah yang masih rapi tergantung di lemari, lengkap dengan dasi kecil dan topi merah yang tampak terlalu besar untuk kepalanya. Ayah, seperti biasa, sibuk menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat jam. “Ayo, Nak. Hari ini hari besar. Buktikan kamu anak berani,” kata Ayah sambil menyodorkan segelas susu hangat.
Aruna tersenyum kecil. Di balik semangatnya, ada segumpal kecil ketegangan yang ia sembunyikan. Ia belum tahu seperti apa guru-gurunya, apakah teman-temannya akan ramah, dan apakah ia bisa menemukan kelas sendiri.
Perjalanan ke sekolah ditemani suara motor Ayah dan debur ombak di kejauhan. Sekolah dasar negeri yang menjadi tempat barunya tampak ramai, balon-balon warna-warni dipasang di gerbang. Spanduk bertuliskan “Selamat Datang Siswa Baru Tahun Ajaran 2025/2026” melambai-lambai ditiup angin pagi.
Sampai di sana, Aruna memegang tangan Ayah erat-erat. Tapi ketika bel pertama berbunyi, ia menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya. “Aku bisa sendiri,” katanya pelan. Ayah pun tersenyum bangga, memberi acungan jempol sebelum melambaikan tangan.
Di dalam kelas, suasana ramai dengan kursi kecil yang tertata rapi, papan tulis putih yang berkilau, dan seorang guru perempuan berkerudung ungu muda yang memperkenalkan dirinya sebagai Bu Mira. “Selamat datang, anak-anak hebat! Siap belajar sambil bermain?” sapanya ceria. Aruna duduk di kursi nomor tiga dari depan, di sebelah seorang anak laki-laki bernama Rafi yang tampak pendiam.
Jam demi jam berlalu, dari perkenalan nama, menggambar rumah impian, hingga permainan mencari huruf di kelas. Perlahan, ketegangan Aruna memudar. Ia tertawa saat Rafi menjatuhkan pensil warna dan ia membantunya mengambil. Mereka mulai berbicara tentang kartun favorit dan ternyata, mereka sama-sama menyukai tokoh robot penyelamat.
Waktu istirahat, Aruna menelpon Ibu dari telepon umum sekolah dengan kartu khusus yang diberikan pihak sekolah. “Bu, sekolahnya seru! Aku dapat teman baru!” suaranya penuh semangat meski tertelan suara anak-anak lain di sekelilingnya.
Ketika bel pulang berbunyi, Aruna keluar kelas dengan langkah ringan. Ia berlari kecil menghampiri Ayah yang sudah menunggu di gerbang. “Gimana hari pertamamu, Nak?” tanya Ayah sambil membawakan es teh manis dalam botol kecil. Aruna menjawab dengan tawa, “Besok aku mau datang lebih pagi lagi!”
Hari pertama di tahun ajaran baru itu menjadi pijakan penting bagi Aruna. Ia belajar bahwa keberanian bukan berarti tanpa rasa takut, tetapi tetap melangkah walau hati gemetar. Tahun ajaran 2025/2026 baru saja dimulai, dan dunia pun terbuka lebar untuk dijelajahi.
Kalender Pendidikan: