Ujian Sumatif di Sekolah Dasar: Menimbang Fungsi, Keterbatasan, dan Arah Perbaikan. Ujian sumatif telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan formal, termasuk di jenjang sekolah dasar. Ia berfungsi sebagai alat evaluasi akhir yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa setelah menyelesaikan suatu tema, semester, atau tahun ajaran. Namun, dalam praktik dan refleksi pendidikan, ujian sumatif tidak luput dari perdebatan. Berbagai pemangku kepentingan pendidikan—pengawas, kepala sekolah, wali kelas, hingga mahasiswa PGSD—memiliki pandangan yang beragam, saling melengkapi, dan kadang bertentangan tentang peran dan relevansi ujian sumatif.
Fungsi Strategis dan Keniscayaan Sistemik
Dari sudut pandang pengawas sekolah dasar, ujian sumatif memiliki fungsi strategis dalam menjaga mutu pendidikan dan akuntabilitas sistem. Ia menjadi alat untuk memetakan capaian belajar siswa secara makro, mengevaluasi efektivitas pembelajaran, dan merancang intervensi kebijakan berbasis data. Ujian sumatif juga membantu sekolah mempertanggungjawabkan proses pembelajaran kepada publik, termasuk orang tua dan pemerintah daerah.
Kepala sekolah memandang ujian sumatif sebagai bagian dari manajemen mutu internal. Nilai ujian digunakan untuk mengevaluasi implementasi kurikulum, merancang program pengayaan atau remedial, dan membangun komunikasi yang transparan dengan orang tua. Dalam konteks ini, ujian sumatif berfungsi sebagai instrumen formal yang membantu pengambilan keputusan berbasis bukti.
Wali kelas, yang berinteraksi langsung dengan siswa setiap hari, melihat ujian sumatif sebagai alat bantu untuk memahami capaian akademik siswa. Ia menjadi referensi dalam menyusun laporan perkembangan, merancang strategi pembelajaran, dan berkomunikasi dengan orang tua. Namun, wali kelas juga menyadari bahwa ujian sumatif tidak selalu mampu menangkap dinamika belajar anak secara utuh.
Mahasiswa PGSD, yang berada di persimpangan antara teori dan praktik, memahami bahwa ujian sumatif adalah bagian dari sistem pendidikan yang terstruktur. Ia memberikan data kuantitatif yang dibutuhkan guru dan sekolah. Namun, mahasiswa juga mengkritisi bahwa ujian sumatif sering kali tidak mencerminkan proses belajar yang bermakna dan potensi anak secara menyeluruh.
Keterbatasan dalam Menilai Keutuhan Anak
Meski memiliki fungsi penting, semua pihak sepakat bahwa ujian sumatif memiliki keterbatasan. Ia cenderung menilai aspek kognitif secara sempit, terutama kemampuan mengingat dan memahami informasi dalam format tertentu. Padahal, siswa sekolah dasar sedang berada dalam fase perkembangan yang kompleks—emosional, sosial, dan moral.
Ujian sumatif juga berisiko menciptakan budaya belajar yang berorientasi pada hasil, bukan proses. Guru terdorong untuk “mengajar demi ujian”, sementara siswa belajar hanya untuk lulus, bukan untuk memahami. Hal ini mengerdilkan makna belajar sebagai proses eksplorasi, refleksi, dan pertumbuhan.
Selain itu, tekanan terhadap capaian nilai ujian dapat berdampak negatif pada psikologis siswa. Anak-anak yang seharusnya belajar dengan gembira justru merasa cemas, takut gagal, bahkan kehilangan motivasi. Ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk meninjau kembali pendekatan evaluasi yang digunakan.
Arah Perbaikan: Evaluasi yang Berimbang dan Bermakna
Semua perspektif mendorong perlunya pergeseran paradigma evaluasi. Ujian sumatif tetap relevan, tetapi harus dilengkapi dengan asesmen formatif, observasi, portofolio, proyek, dan asesmen autentik. Evaluasi harus menilai proses, bukan hanya hasil akhir; menghargai keberagaman cara berpikir dan mengekspresikan pemahaman; serta memberikan umpan balik yang membangun.
Pengawas mendorong guru dan kepala sekolah untuk merancang instrumen evaluasi yang kontekstual dan berpihak pada anak. Kepala sekolah berupaya membina guru agar mampu menghadirkan evaluasi yang mendidik dan manusiawi. Wali kelas menyeimbangkan antara evaluasi formal dan informal, serta membangun komunikasi yang sehat dengan orang tua. Mahasiswa PGSD berharap dapat menjadi agen perubahan yang menghadirkan evaluasi yang lebih reflektif dan memanusiakan.
Teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memperkaya bentuk asesmen. Penggunaan aplikasi portofolio digital, kuis interaktif, atau video presentasi siswa memberi ruang bagi ekspresi yang lebih beragam dan bermakna.
Penutup: Menempatkan Ujian Sumatif Secara Proporsional
Ujian sumatif bukanlah musuh pembelajaran bermakna, melainkan bagian dari ekosistem pendidikan yang lebih besar. Ia memiliki fungsi penting dalam menjaga standar, membangun akuntabilitas, dan menyiapkan siswa menghadapi tantangan nyata di masa depan. Namun, menjadikannya sebagai satu-satunya tolok ukur keberhasilan belajar adalah pendekatan yang sempit dan berisiko.
Dengan pendekatan yang logis, reflektif, dan berpihak pada anak, ujian sumatif dapat menjadi alat yang tidak hanya mengukur, tetapi juga mendorong pertumbuhan. Di tangan guru yang bijak, kepala sekolah yang visioner, pengawas yang mendidik, dan mahasiswa yang kritis, ujian sumatif akan menemukan maknanya yang sejati—sebagai jembatan antara idealisme pendidikan dan realitas sistemik yang harus kita kelola bersama.
Berikut Kumpulan Bank Soal STS dan SAS Lengkap dapat dilihat pada daftar informasi dibawah ini :
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 1
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 2
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 3
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 4
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 5
- Bank Soal STS dan SAS Kelas 6
Lihat Juga:
