Akidah dan Akhlak: Pilar Pembelajaran Mendalam dan Kearifan Madrasah yang Perlu Direvitalisasi. Sebagai guru Akidah Akhlak di madrasah, saya menyaksikan langsung bagaimana nilai-nilai spiritual dan moral menjadi denyut nadi pendidikan Islam. Namun, saya juga menyadari bahwa tantangan besar sedang mengintai: akidah dan akhlak sering kali terjebak dalam rutinitas formal, kehilangan kedalaman, dan gagal menjawab tantangan zaman. Maka, saya merasa penting untuk menyuarakan pandangan yang lebih tajam dan reflektif tentang bagaimana akidah dan akhlak seharusnya menjadi fondasi pembelajaran mendalam sekaligus wujud kearifan madrasah yang relevan dan transformatif.
Pertama, kita harus jujur bahwa pembelajaran akidah dan akhlak di banyak madrasah masih bersifat normatif dan tekstual. Siswa diminta menghafal rukun iman, definisi akhlak terpuji, dan dalil-dalil tanpa diajak merenungi makna spiritual di baliknya. Padahal, akidah bukan sekadar pengetahuan, tetapi kesadaran eksistensial tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama. Akhlak bukan sekadar etika sosial, tetapi ekspresi dari jiwa yang tercerahkan. Jika pembelajaran hanya berhenti pada hafalan dan penilaian perilaku administratif, maka kita gagal membentuk karakter yang mendalam.
Sebagai guru, saya percaya bahwa pembelajaran akidah dan akhlak harus menjadi ruang refleksi, bukan sekadar ruang instruksi. Siswa perlu diajak berdialog tentang makna hidup, dilema moral, dan tantangan spiritual yang mereka hadapi. Mereka harus diberi ruang untuk bertanya, meragukan, dan menemukan jawaban secara sadar. Di sinilah letak pembelajaran mendalam: ketika siswa tidak hanya tahu, tetapi memahami dan menghayati. Ketika mereka tidak hanya patuh, tetapi tumbuh.
Kearifan madrasah terletak pada kemampuannya mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan konteks lokal dan tantangan global. Namun, saya melihat masih banyak madrasah yang terjebak pada simbolisme: bangga dengan rutinitas shalat dhuha, tadarus, dan kultum, tetapi lupa membangun koneksi antara nilai-nilai itu dengan realitas siswa. Kita perlu berani mengaitkan akidah dan akhlak dengan isu-isu kontemporer: etika digital, krisis lingkungan, keadilan sosial, dan kesehatan mental. Siswa harus belajar bahwa iman dan akhlak bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial.
Saya juga mengkritisi pendekatan pendidikan akhlak yang terlalu represif. Sering kali siswa dinilai dari kepatuhan, bukan dari proses kesadaran. Mereka diminta diam, bukan berdialog. Padahal, akhlak dalam Islam adalah keberanian untuk bersikap benar, bukan sekadar tunduk pada aturan. Kita perlu menggeser paradigma dari “mengontrol perilaku” menjadi “membina kesadaran”. Guru harus menjadi teladan dan fasilitator nilai, bukan hanya pengawas disiplin.
Dalam praktiknya, saya berusaha mengintegrasikan akidah dan akhlak ke dalam seluruh aspek pembelajaran. Saya tidak hanya mengajar teori, tetapi juga mengajak siswa merenungi ayat-ayat kehidupan. Saya menggunakan kisah, diskusi reflektif, dan proyek sosial sebagai metode pembelajaran. Saya mendorong siswa untuk menulis jurnal spiritual, berdialog tentang dilema moral, dan melakukan aksi nyata di lingkungan mereka. Saya percaya bahwa akidah dan akhlak harus hidup dalam tindakan, bukan hanya dalam kata-kata.
Namun, saya juga menyadari bahwa perubahan tidak bisa dilakukan sendiri. Sistem madrasah harus mendukung pembelajaran mendalam berbasis nilai. Kurikulum harus fleksibel, asesmen harus reflektif, dan budaya madrasah harus inklusif. Kita perlu membangun ekosistem pendidikan yang menghargai proses, bukan hanya hasil. Yang lebih penting, kita harus berani menjadikan nilai sebagai tujuan utama pendidikan, bukan sekadar pelengkap.
Akhirnya, saya melihat bahwa masa depan madrasah terletak pada keberanian untuk merevitalisasi akidah dan akhlak sebagai inti pendidikan. Bukan hanya sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai paradigma. Bukan hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai transformasi. Jika kita berhasil melakukannya, maka madrasah akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beriman, berakhlak, dan bijak dalam menghadapi masa depan.
Berikut Perangkat Deep Learning Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Akidah Akhlak Kelas 9 Lengkap !