Mendidik Generasi Qurani: Perlukah Deep Learning dalam Al-Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah?
Gagasan untuk menerapkan pendekatan deep learning dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah memang terdengar progresif dan menjanjikan. Namun, dalam semangat reflektif dan kritis, perlu juga dikaji ulang: apakah pendekatan ini benar-benar cocok dan efektif dalam konteks pendidikan madrasah yang memiliki karakteristik khas, baik dari segi peserta didik, budaya belajar, maupun orientasi spiritual?
Kembali ke Esensi: Generasi Qurani Bukan Sekadar Kritis, Tapi Tunduk dan Taat
Generasi Qurani yang ideal bukan hanya mereka yang mampu berpikir mendalam dan kritis, tetapi yang lebih utama adalah mereka yang tunduk, taat, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Dalam tradisi Islam, adab terhadap wahyu mendahului nalar terhadap teks. Pendekatan deep learning yang menekankan analisis, refleksi, dan kontekstualisasi bisa saja berisiko menggeser orientasi spiritual menjadi sekadar intelektual.
Alih-alih membedah ayat dengan pendekatan kontekstual modern, pendidikan Al-Qur’an Hadis seharusnya menanamkan rasa takzim, cinta, dan penghayatan terhadap wahyu. Pembelajaran yang terlalu menekankan pada problem solving dan proyek sosial bisa mengaburkan dimensi ta’abbudi dan tazkiyah yang menjadi inti dari pendidikan Qurani.
Tradisi Hafalan dan Repetisi: Warisan yang Terbukti Efektif
Dalam sejarah pendidikan Islam, metode hafalan, talaqqi, dan pengulangan telah melahirkan generasi ulama yang bukan hanya menguasai teks, tetapi juga mengamalkannya dengan penuh hikmah. Di madrasah, tradisi ini masih dijaga sebagai bentuk barakah dan kedekatan spiritual dengan wahyu.
Pendekatan deep learning yang cenderung mengedepankan proyek, diskusi, dan refleksi bisa jadi tidak sejalan dengan karakter peserta didik madrasah yang sebagian besar berasal dari latar belakang sosial yang menjunjung tinggi tradisi dan otoritas keilmuan. Memaksakan pendekatan modern tanpa mempertimbangkan kesiapan kultural dan spiritual bisa menimbulkan resistensi atau bahkan kebingungan.
Tantangan Praktis: Kesiapan Guru dan Infrastruktur
Penerapan deep learning membutuhkan guru yang tidak hanya memahami Al-Qur’an Hadis, tetapi juga menguasai pedagogi reflektif, desain proyek, dan teknologi pendidikan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru Al-Qur’an Hadis di madrasah masih berjuang dengan beban administrasi, keterbatasan pelatihan, dan minimnya akses terhadap sumber belajar digital.
Selain itu, pendekatan ini menuntut waktu yang lebih panjang, ruang diskusi yang luas, dan sistem evaluasi yang fleksibel. Dalam struktur kurikulum yang padat dan sistem penilaian yang masih berorientasi pada hasil ujian, deep learning bisa menjadi beban tambahan yang tidak realistis.
Alternatif: Pendekatan Tadabbur dan Tazkiyah yang Kontekstual
Daripada mengadopsi deep learning secara utuh, pendekatan yang lebih sesuai adalah mengembangkan pembelajaran berbasis tadabbur dan tazkiyah. Tadabbur mendorong siswa untuk merenungi ayat secara mendalam, tetapi tetap dalam bingkai spiritual dan adab terhadap wahyu. Tazkiyah menekankan pembentukan jiwa dan akhlak, bukan sekadar kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran bisa dikemas dalam bentuk halaqah, dialog ruhani, dan praktik ibadah yang dikaitkan dengan ayat dan hadis. Misalnya, memahami QS. Al-Ma’un tidak hanya melalui studi kasus kemiskinan, tetapi dengan mengajak siswa terlibat dalam kegiatan sedekah dan pelayanan sosial sebagai bentuk pengamalan langsung.
Penutup: Bijak dalam Mengadopsi Pendekatan
Mendidik generasi Qurani memang membutuhkan pembaruan metode, tetapi pembaruan itu harus tetap berpijak pada nilai-nilai inti pendidikan Islam. Deep learning bisa menjadi inspirasi, tetapi bukan satu-satunya jalan. Yang lebih penting adalah membentuk generasi yang mencintai Al-Qur’an, mengamalkannya dengan ikhlas, dan menjadikannya cahaya dalam setiap aspek kehidupan.
Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan Islam harus bijak dalam mengadopsi pendekatan modern. Bukan menolak inovasi, tetapi menyaringnya agar tetap selaras dengan ruh pendidikan Qurani. Dengan demikian, pembelajaran Al-Qur’an Hadis tidak hanya menjadi ruang intelektual, tetapi juga menjadi taman spiritual yang menumbuhkan iman, akhlak, dan amal nyata.
Berikut Perangkat Deep Learning Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Al-Quran Hadist Kelas 11 Lengkap
%20Al-Quran%20Hadis%20Kelas%2011%20Lengkap%20-%20proscar.live.jpg)