Ekonomi di Sekolah: Bukan Sekadar Teori, Tapi Strategi Bertahan Hidup Bangsa
Selama ini, mata pelajaran ekonomi sering diposisikan sebagai pelengkap dalam kurikulum sekolah—dianggap penting, namun tidak mendesak. Padahal, jika kita jujur melihat realitas bangsa, pendidikan ekonomi seharusnya menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi yang tangguh, adaptif, dan sadar akan kompleksitas dunia nyata. Di tengah fluktuasi ekonomi global, krisis pangan, ketimpangan sosial, dan ancaman disrupsi digital, siswa tidak cukup hanya tahu rumus matematika atau hafal teori sejarah. Mereka harus paham bagaimana ekonomi bekerja, siapa yang mengendalikannya, dan bagaimana mereka bisa bertahan serta berkontribusi.
Kebutaan Ekonomi: Ancaman Nyata bagi Generasi Muda
Mari kita mulai dari kenyataan pahit: banyak siswa lulus sekolah tanpa memahami bagaimana uang bekerja, bagaimana pasar memengaruhi kehidupan mereka, atau bagaimana kebijakan fiskal dan moneter berdampak langsung pada masa depan mereka. Mereka tahu cara menghitung luas bangun datar, tapi tidak tahu cara mengelola anggaran pribadi. Mereka hafal nama-nama pahlawan, tapi tidak tahu bagaimana utang negara bisa membebani generasi mendatang.
Kebutaan ekonomi ini bukan sekadar kekurangan pengetahuan, tapi ancaman sistemik. Tanpa literasi ekonomi, siswa mudah terjebak dalam pola konsumtif, rentan terhadap manipulasi pasar, dan tidak memiliki daya tawar dalam dunia kerja. Mereka menjadi penonton dalam panggung ekonomi, bukan aktor yang mampu mengubah arah cerita.
Ekonomi sebagai Alat Emansipasi dan Perlawanan
Mata pelajaran ekonomi harus diposisikan sebagai alat emansipasi. Ia bukan sekadar ilmu tentang uang, tetapi tentang kekuasaan, distribusi sumber daya, dan keadilan sosial. Ketika siswa memahami struktur ekonomi, mereka mulai melihat ketimpangan dengan mata terbuka. Mereka menyadari bahwa kemiskinan bukan semata-mata akibat kemalasan, tetapi hasil dari sistem yang timpang. Mereka belajar bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu berarti kesejahteraan, dan bahwa pembangunan harus berpihak pada manusia, bukan hanya angka.
Dengan pemahaman ini, siswa tidak hanya menjadi kritis, tetapi juga berani. Mereka bisa mempertanyakan kebijakan yang tidak adil, mengusulkan solusi berbasis data, dan bahkan menciptakan model ekonomi alternatif yang lebih inklusif. Pendidikan ekonomi yang tajam melahirkan generasi yang tidak tunduk pada sistem, tetapi mampu menantangnya dengan gagasan dan aksi.
Daya Saing SDM: Bukan Sekadar Skill, Tapi Mentalitas Ekonomi
Sering kali kita bicara tentang daya saing SDM dalam konteks keterampilan teknis: kemampuan digital, bahasa asing, atau manajemen proyek. Tapi daya saing sejati terletak pada mentalitas ekonomi—kemampuan untuk membaca peluang, mengelola risiko, dan menciptakan nilai. Siswa yang memahami ekonomi akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang tidak pasti, lebih mampu beradaptasi dengan perubahan pasar, dan lebih berani mengambil keputusan strategis.
Di skala regional, mereka bisa menjadi penggerak ekonomi lokal: membangun usaha berbasis potensi daerah, menghidupkan kembali sektor informal, atau menciptakan inovasi sosial. Di skala nasional, mereka menjadi pemikir kebijakan, pelaku industri kreatif, atau pemimpin transformasi digital. Mereka tidak hanya bekerja untuk uang, tetapi bekerja untuk perubahan.
Paradigma Baru dalam Pembelajaran Ekonomi
Namun, agar semua ini terjadi, pembelajaran ekonomi di sekolah harus berubah. Tidak cukup hanya mengajarkan teori permintaan dan penawaran. Siswa harus diajak berdiskusi tentang APBN, utang luar negeri, ekonomi digital, dan dampak kebijakan terhadap masyarakat miskin. Mereka harus diberi ruang untuk menganalisis berita ekonomi, membuat simulasi pasar, dan bahkan merancang kebijakan publik.
Guru ekonomi harus menjadi fasilitator perubahan, bukan sekadar pengajar. Mereka harus berani membawa isu-isu aktual ke kelas, mendorong debat yang sehat, dan membimbing siswa dalam proyek nyata. Kurikulum ekonomi harus kontekstual, progresif, dan berani menyentuh ranah yang selama ini dianggap sensitif.
Penutup: Ekonomi sebagai Pendidikan untuk Bertahan dan Bangkit
Di tengah dunia yang semakin kompleks dan tidak pasti, pendidikan ekonomi bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. Ia adalah pendidikan untuk bertahan hidup, untuk memahami dunia, dan untuk bangkit sebagai bangsa. Jika kita ingin mencetak generasi madani yang tangguh dan unggul, maka ekonomi harus menjadi mata pelajaran utama—bukan hanya dalam buku teks, tetapi dalam cara berpikir, bersikap, dan bertindak.
Berikut Kumpulan Perangkat Deep Learning Ekonomi Kelas 12:
[2] Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
[4] Program Semester
[5] Program Tahunan
[6] KKTP
[8] Buku Bahan Ajar
[9] Juknis Pembelajaran Deep Learning